Ratib
Al-Aththas ini disusun oleh al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas. Ratib yang
dimaksudkan di sini berasal dari kata (rattaba) berarti mengatur atau menyusun.
Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Ratib al-Attas
mengandung zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah disusun oleh al-Habib
Umar bin Abdul Rahman al-Attas dengan bersumber dari hadits-hadits Nabi SAW
yang dibaca pada waktu-waktu tertentu. Istilah Ratib digunakan kebanyakkan di
negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan
bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali).
Keutamaan
Ratib Al-Athtas
Berkata
sebagian ulama ahli salaf, diantara keutamaan ratib ini bagi mereka yang tetap
mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat Husnul-Khatimah, menjaga
segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam
perlindungan Allah.
Bagi
mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang
kosong dengan berwudlu, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya,
Insya-Allah dikabulkan oleh Allah. Para salaf berkata Ratib amat mujarrab dalam
menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.
Diantara
kelebihan ratib ini adalah, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah tetangganya
dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata:
“Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya
seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang berkuda. Ratib ini mengandungi
rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan
diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”
Bagi
mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah
dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Habib
Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas berkata:
“Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi
apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari segala
yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia
selamat.”
Pernah
datang satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang dikelilingi musuh. Al-Habib
Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin Insya-Allah mereka akan
selamat.
Disebutkan
di dalam kitab al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami,
khususnya tradisi dari al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib al-Attas adalah
setelah solat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta
pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di
bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum solat Isya’. Tetapi bagi yang
gemar berzikir banyak yang membaca ratib al-Attas ini di waktu pagi dan di
waktu sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang dizikirkan ada zikir-zikir
yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti
tertera di dalam hadis-hadis Nabi s.a.w.
RATIB
AL-HADDAD
Ratib
Al-Haddad adalah sebuah kumpulan doa-doa yang bersumber dari
hadits-hadits Nabi SAW yang disusun oleh Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdullah bin
Alwi Al-Haddad. Beliau Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga seorang pakar
hadits termasyhur dan telah mencapai gelar Hujjatul Islam, dan gelar Hujjatul
Islam hanya diberikan kepada mereka yang telah hafal 300.000 hadits beserta
sanad dan hukum matannya.
Keutamaan
Ratib Al-Haddad
Cerita-cerita
yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku
Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya:
Seorang
yang mencintai keturunan Sayyid, berkata: “Suatu ketika saya berangkat
dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya
melihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi
perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya
gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca
Ratib ini. Dengan kuasa Allah mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang
yang tidak melihat apa-apa, sedang aku melihat mereka.”
Apa
yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait
Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang kejam yang dikenal dengan
nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir
Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak
dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyiapkan tentaranya untuk
memerangi negeri Aughan. Sultan Aughan yang
bernama Sulaiman mengutus seseorang kepada Imam Habib Abdullah
Haddad dan memberitahunya bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentera untuk
menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan
menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan
Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tentaranya dan
sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib ini dengan bertitah: “Kita tidak akan
dapat dikuasai Tahmas karena kita mempunyai benteng yang kuat, yaitu
Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu,
bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari
angkara murka penguasa yang kejam itu dengan berkah Ratib Haddad ini.
Suatu
pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri
Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat
jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu
angin juga berhenti dan tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahaya.
Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh
akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Allah SWT datanglah angin dan
menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami. Oleh karena
itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum
membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Al- Haddad datang
mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan
terus membaca Ratib Haddad itu.
Di
antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk
Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku
lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap
malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari
bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun
karena engkau tidak membaca Ratib. Aku kemudian terjaga dari tidur lalu membaca
Ratib Haddad itu dengan serta-merta.
Setengah
kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku
belum menyelesaikan bacaan Ratib Hadad, aku bermimpi melihat
berbagai-bagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya,
tidak bermimpi apa-apa pun.”
Di
antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad
bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar,
dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sayyid Habib Zainul Abidin bin Ali bin
Sayyid Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya, yaitu dia
tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam
kami tertidur pada awal waktu Isya’, kami tidak membaca Ratib dan tidak
bersembahyang Isya’, semua orang termasuk Sayyid Habib Zainul Abidin. Kami
tidak sadarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah
kami terbakar. Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca
Ratib ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi,
dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan
membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia
terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak
tenteram dan selalu kebimbangan.”
Habib
Muhammad bin Zain bin Semait sendiri pernah mengatakan dalam
bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa ruh Sayidina penyusun Ratib
ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia
kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab
dan benar-benar mujarab, tidak perlu diragukan lagi.
Berkata Habib
Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang
membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa
bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan
omong kosong.”
Berkata
Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul
Qasd Wal Murad: Telah berkata Sayyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa
yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara
terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana
seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau
yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan
ditakdirkan hidup yang sempit.” ( Thaha: 124 ).
Allahumma Shalli ‘ala
Ruuhi Sayyidina Muhammadin fil arwah, wa ‘ala jasadihi fil ajsad, wa ‘ala
qabrihi fil qubur, wa’ala alihi wa shahbihi wasallim.
setelah saya ditinggal istri, timbul rasa penyesalan yang sangat dalam, karena tidak bisa memberikan layanan pengobatan almarhumah agar bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya,begitu cepat dipanggil Allah, rasanya tidak percaya istri saya telah menghadap ke haribaan Illahi, mudah mudah diterima amal baiknya. tinggal saya sendiri hingga kurang lebih delapan bulan lamanya punya rasa gelisah, marah,benci hampir putus asa, berbagai macam nasehat/saran orang lain dilakukan, tapi hasilnya tidak ada. baru sekarang saya merasa ada ketenangan dalam hati setelah beberapa kali beberapa kali membaca Ratib Al-Haddad setiap ba'da solat magrib, mudah mudahan berlanjut seterusnya hingga menjadi berkah dengan curahan rahmat, hidayah kenikmatan dalam hidup di dunia sampai akhir hayat, hingga diakhirat nati. amiin
BalasHapus